Senin, 22 Juli 2013

Ekspor dan Impor Nonmigas ke ASEAN dan Lainnya Mengalami Peningkatan

Impor Nonmigas Dari ASEAN Lainnya, Alami PeningkatanMasih seputar ekonomi Indonesia yang mengabarkan bahwa ekspor nonmigas dengan tujuan kawasan ASEAN Lainnya menurut laporan Biro Pusat Statistik (BPS) terkini menunjukkan kinerja membaik. BPS melaporkan bahwa nilai ekspor nonmigas ke negara tersebut pada bulan Mei dapat mencapai nilai 606.5 juta Dollar AS .

Kinerja ekspor nonmigas bulan sebelumnya ke negara tersebut hanya mencapai nilai 584.3 juta Dollar AS. Dengan demikian kinerja ekspor nonmigas pada periode tersebut mengalami penambahan sebesar + 22.2 juta Dollar AS, atau bertambah sebesar + 3.79 %.

Laporan terbaru dari Biro Pusat Statistik juga menunjukkan bahwa ekspor nonmigas dari awal tahun ini sampai bulan Mei secara total mencapai nilai 3006.4 juta Dollar AS. Angka tersebut menunjukkan adanya penguatan sebesar + 323.2 juta Dollar AS atau naik sekitar + 12.04 %, dimana pada periode yang sama tahun lalu hanya mencapai nilai 2683.2 juta Dollar AS.

Impor nonmigas dari negara asal ASEAN Lainnya menurut laporan Biro Pusat Statistik (BPS) terkini menunjukkan kinerja yang meningkat. Hal itu ditunjukkan dengan adanya peningkatan pada nilai impor nonmigas dari negara tersebut dimana nilai pada bulan Mei dapat mencapai angka 290.6 juta Dollar AS (CIF).

Laporan terkait juga menyebutkan bahwa impor nonmigas dari negara terkait hanya mencapai nilai 289.7 juta Dollar AS . Dengan demikian kinerja impor nonmigas pada periode Januari - Mei mengalami kenaikan sebesar + 0.90 juta Dollar AS, atau sekitar + 0.31 %.

Data paling akhir dari BPS juga menunjukkan bahwa impor nonmigas dari awal tahun ini sampai bulan Mei secara total mencapai angka 1468.5 juta Dollar AS. Laporan tersebut menunjukkan adanya penurunan sebesar -54.2 juta Dollar AS atau sekitar -3.55 %, dimana pada periode yang sama tahun lalu hanya mencapai nilai 1522.7 juta Dollar AS.

Analis Vibiz Research dari Vibiz Consulting mengemukakan bahwa Dollar Amerika Serikat terpantau bergerak menguat sekitar 3.97 % terhadap mata uang Rupiah pada perdagangan valas hari ini. Adapun kurs BI (jual) Dollar Amerika Serikat dengan rate Bank Indonesia berada pada kisaran Rp. 10120/USD dan kurs BI (beli) sekitar Rp. 10020/USD.

Rabu, 10 Juli 2013

Saat Ekspor Nonmigas Kumulatif Ke AS Naik, Impor Nonmigas Kumulatif ke AS Justru Melemah

Impor Nonmigas Kumulatif Dari AS MelemahMasih seputar ekonomi Indonesia dimana ekspor nonmigas ke negara tujuan Amerika Serikat menurut laporan Biro Pusat Statistik (BPS) terkini menunjukkan kinerja yang melemah. Perkembangan itu ditunjukkan dengan turunnya nilai ekspor ke negara tersebut, dimana nilai pada bulan April hanya mencapai nilai 1205.5 juta Dollar AS.

Laporan tersebut juga menyebutkan bahwa ekspor nonmigas ke negara tersebut pada bulan sebelumnya dapat mencapai nilai 1319.5 juta Dollar AS. Dengan demikian kinerja ekspor nonmigas pada periode tersebut mengalami pelemahan sebesar -114 juta Dollar AS, atau memburuk sebesar -8.63 %.

Data paling akhir dari BPS juga menunjukkan bahwa ekspor nonmigas dari awal tahun ini sampai bulan April secara total mencapai angka 4958.5 juta Dollar AS. Laporan tersebut menunjukkan adanya kenaikan sebesar 157.3 juta Dollar AS atau naik sekitar 3.27 %, dimana pada periode yang sama tahun lalu mencapai nilai 4801.2 juta Dollar AS.

Impor nonmigas dari Amerika Serikat berdasarkan kepada laporan Biro Pusat Statistik (BPS) terkini menunjukkan kinerja yang meningkat. Hal demikian ditunjukkan dengan adanya peningkatan pada nilai impor nonmigas dari negara tersebut dimana nilai pada bulan April dilaporkan dapat mencapai angka sekitar 941.4 juta Dollar AS (CIF).

Pada pada bulan sebelumnya impor nonmigas dari negara terkait hanya mencapai nilai 712.7 juta Dollar AS . Dengan demikian kinerja impor nonmigas pada rentang Januari - April mengalami penambahan sebesar + 228.7 juta Dollar AS, atau sekitar + 32.08 %.

Data terkini dari Biro Pusat Statistik juga menunjukkan bahwa impor nonmigas dari awal tahun ini sampai bulan April secara total mencapai angka 2861.6 juta Dollar AS. Perkembangan itu menunjukkan adanya penurunan sebesar -704.1 juta Dollar AS atau sekitar -19.74 %, dimana pada periode yang sama tahun lalu hanya mencapai nilai 3565.7 juta Dollar AS.

Analisa ekonomi Vibiz Research dari Vibiz Consulting mengemukakan bahwa Dollar Amerika Serikat terpantau bergerak naik sekitar 2.94 % terhadap mata uang Rupiah pada perdagangan valas dari awal Januari sampai dengan hari ini. Adapun kurs BI (jual) Dollar Amerika Serikat dengan rate Bank Indonesia berada pada kisaran Rp. 10020/USD dan kurs BI (beli) sekitar Rp. 9920/USD.

Selasa, 09 Juli 2013

Mengukur Daya Saing Indonesia di ASEAN dan Dunia

Mengukur Daya Saing Indonesia di ASEAN dan DuniaSejak membentuk AFTA (ASEAN Free Trade Area) pada tahun 1992 lalu, pengembangan kawasan perdagangan bebas yang melibatkan ASEAN kini makin menjangkau negara-negara lain . Seiring dengan kondisi tersebut, tentunya peningkatan daya saing produk-produk dari dalam negeri harus terus digenjot. Hal tersebut amat penting sebab dengan daya saing yang rendah maka produk dalam negeri tidak akan laku di pasaran. Pada akhirnya Indonesia hanya akan menjadi konsumen dan menjadi “penonton” di dalam kancah perdagangan dunia. Berdampakkah pada ekonomi Indonesia?

Beberapa perjanjian kawasan perdagangan bebas antara ASEAN dan negara-negara lain di Asia Pasifik adalah:

ASEAN–Australia–New Zealand Free Trade Area (AANZFTA) adalah perjanjian perdagangan bebas antara anggota-anggota ASEAN dengan New Zealand dan Australia yang ditandatangani pada tanggal 27 Februari 2009 dan efektif dijalankan pada tanggal 1 Januari 2010.
ASEAN–China Free Trade Area (ACFTA), mulai efektif per tanggal 1 Januari 2010.
ASEAN–India Free Trade Area (AIFTA), mulai efektif per tanggal 1 Januari 2010.
ASEAN–Japan Comprehensive Economic Partnership (AJCEP)
ASEAN–Korea Free Trade Area (AKFTA), mulai efektif per tanggal 1 Januari 2010.

Tantangan ke depan yang harus dihadapi oleh Indonesia adalah rencana penerapan Asean Economy Community (AEC) yang akan dimulai pada awal 2015 mendatang. Untuk sementara ini peringkat daya saing Indonesia di ASEAN masih relatif rendah.

Saat ini, peringkat Indonesia berada di posisi ke 46 dari seluruh negara di dunia dalam hal daya saing produk. Sementara Singapura menempati posisi ke 2, Malaysia berada di posisi ke 21, Thailand berada di posisi 39, Vietnam 65 dan Filipina berada di peringkat ke 75. Hal ini menandakan daya saing produk Indonesia masih kalah dibandingkan Malaysia, Thailand dan Singapura.

Untuk negara yang menempati 10 peringkat teratas daya saing produk di dunia adalah Swiss, Singapura, Swedia, Finlandia, AS, Jerman, Belanda, Denmark, Jepang, Inggris.

Sementara itu jika dinilai berdasarkan kondisi ekonomi, daya saing Indonesia di tingkat global juga hanya di peringkat 39 dalam daftar World Competitiveness Rankings 2013.

Tahun lalu, peringkat Indonesia berada di urutan 42. Meski tahun ini naik, peringkat Indonesia masih di bawah negara-negara ASEAN lainnya. Filipina, misalnya, tepat di atas Indonesia di urutan 38. Sementara posisi tiga negara jiran lainnya sangat jauh, seperti Singapura yang berada di peringkat 5, Malaysia 15, dan Thailand 27.

Bagaimana Meningkatkan Daya Saing?

Untuk meningkatkan daya saing Indonesia dibutuhkan kerja sama dari semua pihak. Saat ini ada dua strategi yang bisa dijalankan untuk meningkatkan daya saing. Pertama adalah meningkatkan daya saing dengan memanfaatkan keunggulan kompetitif yang dimiliki. Dalam strategi ini maksudnya memaksimalkan sumber daya yang dimiliki oleh Indonesia seperti jumlah penduduk besar, kemudian Sumber Daya Alam (SDA) melimpah, dan posisi strategis secara kawasan.

Kedua adalah hal yang lebih teknis. Untuk meningkatkan daya saing wajib hukumnya untuk terjadi koordinasi secara komperhensif antara kementerian/lembaga, Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), KPPU, serta Kamar Dagang dan Industri.

Untuk menjalankan strategi-strategi tersebut ada beberapa hal yang harus menjadi perhatian pemerintah pusat:

Pertama adanya infrastruktur yang memadai. Usaha pemerintah untuk membangun infrastruktur tampaknya mulai serius. Untuk tahun 2014 mendatang diperkirakan dana yang biasa digunakan untuk mensubsidi BBM akan dialihkan untuk pembangunan infrastruktur.

Kedua faktor sumber daya manusia. Sistem pendidikan Indonesia harus setara dengan negara lain. Sektor pendidikan Indonesia untuk mendukung daya saing global dan ASEAN masih perlu banyak pembenahan.

Ketiga adalah kebijakan pemerintah yang mudah. Meskipun sudah banyak perbaikan, saat in mashi banyak kebijakan yang tidak pro bisnis dan malah mengganggu iklim usaha. Hal ini terjadi karena belum adanya regulasi yang mengatur, akibatnya banyak kebijakan yang tidak dapat diimplementasikan.